BAB
I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara tropis
yang memiliki banyak pulau dan merupakan negara produsen kelapa utama di dunia.
Hampir di semua propinsi di Indonesia dijumpai tanaman kelapa yang pengusahaannya
berupa perkebunan rakyat. Hal ini merupakan peluang untuk pengembangan kelapa
menjadi aneka produk yang bermanfaat.
Pohon kelapa sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia karena hampir semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan. Buah
kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada
yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri, antara lain
sabut kelapa dapat dibuat keset, sapu, dan matras. Tempurung dapat dimanfaatkan
untuk membuat karbon aktif dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan
bahan-bahan bangunan baik untuk kerangka maupun untuk dinding serta atap. Daun
kelapa dapat diambillidinya yang dapat dipakai sebagai sapu, serta
barang-barang anyaman. Daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk
menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan parutan kering,
sedangkan air kelapa dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Santan
adalah cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah
kelapa parutan. Santan merupakan bahan makanan yang dipergunakan untuk mengolah
berbagai masakan yang mengandung daging, ikan, ayam, dan untuk pembuatan
berbagai
kue-kue, es krim, gula-gula. Selain itu, kelapa juga
menghasilkan produk olahan yang populer belakangan ini yaitu Virgin Coconut Oil
(VCO) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Suhardiyono, 1993).
Minyak kelapa murni atau lebih
dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan merupakan modifikasi proses
pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar
asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai
daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa
murni ini memiliki banyak keunggulan yaitu tidak membutuhkan
biaya yang mahal karena bahan baku mudah didapat dengan harga yang murah,
pengolahan yang sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang
minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga kandungan kimia dan
nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak. Jika dibandingkan dengan
minyak kelapa biasa atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa
kopra) minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa
kopra akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik
sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan). Dari segi
ekonomi minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding
minyak kelapa kopra sehingga studi pembuatan VCO perlu dikembangkan (anonim,
2009).
VCO sangat kaya dengan kandungan
asam laurat (laurat acid) berkisar 50-70 %. Di dalam tubuh manusia asam laurat
akan diubah menjadi monolaurinyang bersifat antivirus, antibakteri dan
antiprotozoa serta asam-asam lain seperti asam kaprilat, yang didalam tubuh
manusia diubah menjadi monocaprin yang bermanfaat untuk penyakit yang
disebabkan oleh virus HSV-2 dan HIV-1 dan bakteri neisseria gonnorhoeae.
Virgin Coconut Oil juga tidak membebani kerja pankreas serta
dalam energi bagi penderita diabetes dan mengatasi masalah kegemukan/obesitas. Oleh
karena pemanfaatannya yang cukup luas, maka dengan pembuatan minyak kelapa murni
ini dapat menjadi salah satu obat alternatif, selain itu juga dapat meningkatkan
nilai ekonomi (anonym , 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin
Coconut Oil atau
minyak kelapa murni dihasilkan dari buah kelapa tua yang segar atau baru
dipetik, bukan terbuat dari kopra seperti minyak kelapa biasa, dan proses
pembuatannya pun tidak menggunakan bahan kimia dan pemanasan tinggi. CODEX Alimentarius
mendefinisikan minyak kelapa murni sebagai minyak dan lemak makan yang
dihasilkan tanpa mengubah minyak. Minyak diperoleh hanya dengan perlakuan
mekanis dan pemanasan minimal, karena tidak melalui pemanasan tinggi maka
vitamin E dan enzim-enzim yang terkandung di dalam daging buah kelapa dapat
dipertahankan.
Minyak
kelapa murni tersusun atas senyawa organik campuran ester dari gliserol dan
asam lemak yang disebut dengan gliserida serta larut dalam pelarut minyak atau
lemak, berbentuk cair pada suhu 26-350C, tetapi berubah menjadi lemak beku jika
suhunya turun minyak kelapa murni dalam keadaan padat, titik lelehnya 24-270C.
Minyak
kelapa murni mengandung asam laurat yang sangat tinggi (45-50%), suatu lemak
jenuh berantai sedang (jumlah karbon 12) yang biasa disebut dengan Medium
Chain Fatty Acid (MCFA), juga mengandung asam laurat yang mempunyai
perangkat antivirus yang hebat. Selain mengandung asam laurat juga mengandung
asam kaprat, yaitu asam lemak yang memiliki sifat antimikroba yang sangat kuat.
Minyak
kelapa murni mengandung Medium Chain Trygliceride (MCT) yang mudah
diserap oleh sel, yang selanjutnya masuk ke dalam mitokondria sehingga
metabolisme tubuh meningkat. Tambahan energi dari metabolisme tersebut
menghasilkan efek stimulasi dalam tubuh terhadap penyakit dan mempercepat
penyembuhan dari sakit. MCT adalah asam lemak berantai C6 (kaproat), C8
(kaprilat), C10 (kaprat), dan C12 (laurat). Minyak kelapa murni juga mengandung
tokoferol (0,03%) yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga menurunkan kebutuhan
vitamin E.
Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara
tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai
dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam minyak
kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi tengik. Daya
simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh karena itu,
dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik pengolahan minyak
kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan mutu yang lebih baik
dari cara sebelumnya. Minyak kelapa yang dihasilkan memiliki kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, serta berbau harum. Daya
simpannya pun menjadi lebih lama, bisa lebih dari 12 bulan.
B. Ragi
Tempe
Ragi (inokulum) tempe atau merupakan kumpulan spora kapang
atau jamur yang dapat membentuk benang-benang halus. Laru adalah suatu benda
yang mengandung benih kapang tempe. Kapang tempe termasuk golongan jamur yang
bersifat merombak bahan organik yang telah mati.Laru tempe paling sedikit mengandung
tiga spesies kapang yaitu kapang Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae,Rhyzopusstolonifer
(Sarwono,2000).Mikroba ini mempunyai kemampuan menghasilkan enzim protease dan
lipase yang dapat menghidrolisis minyak dengan didukung oleh kadar air yang
tinggi. Selama fermentasi Rhizopus Oligosporus mensintesa lebih banyak enzim
protease, sedangkan Rhizopus oryzae lebih banyak mensintesa enzim amylase
(Ansori,1992). Kapang Rhizopus oligosporus dapat dibedakan atas tiga strain,
yaitu Rhizopus oligosporus saito, Rhizopus Oligosporus fischer, dan Rhizopus
oligosporus bandung.R. oligosporus Saito mempunyai koloni abu-abu kecoklatan
dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan
dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000µm dan
diameter 10-18 µm.
Kolumela
globosa sampai sub globosa dengan apofisa apofisa berbentuk corong. Ukuran
sporangiospora tidak teratur dapat globosa atau elip dengan panjang 7-10 µm.
Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan
berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk
klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 µm atau 12-45 µm x
7-35µmm. Suhu optimum, minimum, maksimum berturut-turut adalah 30-35oC,
12 oC dan 42oC. R.oligosporus memiliki panjang
porangiosfor pada media Malt Extract Agar (MEA)150-400 mm lebih pendek dari
R.oryzae yaitu lebih dari 1500 mm. R.oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang
pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 mm dan pada saat 7 hari akan pecah
yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25 -75 mm. Sedangkan
R.oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 mm, kolumela dengan
diameter lebih dari 100 mm. Beberapa sifat penting dari R. oligosporus antara
lain meliputi aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika,
biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan
nitrogen, perkecambahan spora, dan penetrisi miselia jamur tempe
ke dalam jaringan biji kedelai (Anonim,2009).
BAB
III
METODE
PEMBUATAN VCO
A. Metode Pemanasan
1. Alat
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pipet, gelas kimia, gelas ukur, labu
takar, erlenmeyer, tabung reaksi, corong, cawan porselin, batang pengaduk,
saringan, ember plastik transparan, wajan, timbangan analitik, statif, kain
saring, kertas saring, kompor, deep frying.
2. Bahan
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kelapa, wortel, asam asetat, kloroform,
kalium iodida jenuh, 0.1 N natrium thiosulfat, larutan pati 1%, etanol 95%,
indikator phenolftalein, natrium hidroksida 0.0991 N, minyak sawit komersil dan
minyak kelapa komersil.
3. Metode
a. Pembuatan VCO pada Pemanasan Bertahap
(BPTP Sulut, 2011)
Daging
kelapa diparut hingga dihasilkan 21 kg kelapa. ditambahkan air 42 liter ke
dalam hasil parutan kelapa dengan perbandingan 1:2. Dilakukan pemerasan selama
15 menit agar parutan kelapa tercampur dengan air. Kelapa diperas dengan
bantuan saringan agar ampas kelapa tidak tercampur dengan santan yang akan
dihasilkan dari pemerasan.
b. Pembuatan VCO pada
Pemanasan Bertahap dengan penambahan wortel (BPTP Sulut, 2011)
Daging
kelapa diparut hingga dihasilkan 21 kg kelapa. Selajutnya ditambahkan air 42
liter ke dalam hasil parutan kelapa dengan perbandingan 1:2. Penambahan wortel
pada kelapa dipakai perbandingan 40:1. Wortel yang telah dihaluskan,
ditambahkan ke dalam kelapa dan air. Selanjutnya dilakukan pemerasan selama 15
menit agar parutan kelapa tercampur dengan air. Kelapa diperas dengan bantuan
saringan agar ampas kelapa tidak tercampur dengan santan yang akan dihasilkan
dari pemerasan.
Santan
kelapa diletakkan dalam wadah plastik transparan, didiamkan selama 3 jam,
santan akan terpisah menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa krim (kaya
minyak), lapisan tengah berupa air atau skim (kaya protein) lapisan bawah
berupa endapan.
Krim
pada lapisan atas dipindahkan dengan menggunakan sendok besar. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam wajan yang sudah bersih, lalu panaskan di atas api dengan
suhu 80oC, Sambil krim diaduk secara kontinu, agar tidak terjadi kerak akibat
krim yang hangus. Pengadukan dilanjutkan hingga tampak adanya pemisahan blondo
dengan minyak, pada saat itu warna blondo masih berwarna putih. Untuk
memisahkan minyak dan blondo dilakukan penyaringan menggunakan saringan dari
kawat yang tahan panas yang dialas dengan bantuan kain saring. Minyak yang
diperoleh adalah minyak belum matang atau masih mentah. Untuk mendapatkan
minyak yang berkualitas, minyak yang diperoleh dipanaskan lagi pada suhu 60 oC
untuk menghasilkan minyak yang bening dan mengurangi kadar air. Minyak yang
telah dipanaskan didinginkan kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas
saring. Selanjutnya minyak yang diperoleh akan diuji kualitas minyak yang
meliputi minyak kelapa murni (VCO), minyak kelapa dengan penambahan ekstrak
wortel dan minyak sawit. Minyak yang diuji kualitas sebagai minyak goreng
yaitu, bilangan peroksida, asam lemak bebas (FFA), bobot jenis, dan kadar air
sebelum dan sesudah dilakukan penggorengan sebanyak 3 kali.
B. Metode Fermentasi
1. Bahan
- Kelapa tua - H3BO3
- Ragi tempe “ Raprima”
- HCl 0,5N
- Aquadest - n-heksan
- Indikator PP - Alkohol 95%
- NaOH - KOH 0,1N ; 0,5N
- H2SO4
2. Alat
- Saringan
- Pipet tetes
- Cawan porselin
- Termometer
- Toples bening
- Labu soklet lengkap
- Krus dan tutup
- Gelas beaker
- Pengaduk
- Kompor listrik
- 1 set alat titrasi
- Mufle furnace
- Gelas ukur
- Alat destilasi lengkap
- Gelas arloji
- Corong pemisah
- Erlenmeyer
- Picnometer
3. Prosedur Percobaan
Pembuatan mikroba starter Pembuat
starter dibutuhkan santan encer (skim) dicampur dengan air kelapa dengan
perbandingan 9 :1 (9 bagian santan encer dan 1 bagian air kelapa). Selanjutnya
ditambahkan ragi tempe dengan perbandingan 10:2 artinya 10 bagian santan encer
dan air kelapa serta 2 bagian ragi tempe. Kemudian diaduk dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu kamar dan selanjutnya sudah dapat digunakan sebagai starter.
Pembuatan VCO
Tahap pembuatan VCO secara
fermentasi sendiri dikelompokkan menjadi tiga yaitu pembuatan santan, pembuatan
VCO dan penyaringan.
1. Pembuatan santan
Adapun tahap-tahap pembuatan santan kelapa
secara fermentasi sebagai berikut :
a.
Mengupas
serabut kelapa dengan parang atau mesin pengupas kelapa sampai serabut tersebut
terpisah daging buah kelapa yang masih terbungkus oleh tempurung kelapa.
b.
Membelah
kelapa kemudian congkel daging buah kelapa yang masih merekat pada tempurung
menggunakan pisau penyukil.
c.
Mencuci
daging buah kelapa, parut menggunakan mesin pemarut kelapa.
d.
Mencampurkan
air kedalam hasil parutan dengan perbandingan 1:1 artinya 1 buah kelapa
dicampur dengan 1 liter air.
e.
Meremas
santan, tujuannya untuk mengeluarkan seluruh kandungan gizi, terutama minyak
yang terdapat pada parutan buah kelapa.
f.
Menyaring
santan menggunakan alat saring tujuannya untuk memisahkan santan dengan ampas.
2. Pembuatan VCO
Adapun pembuatan VCO secara fermentasi
sebagai berikut :
a.
Mendiamkan
santan pada stoples transparan selama 1 jam hingga terbentuk krim santan pada
bagian atas dan skim santan krim pada bagian bawah.
b.
Memisahkan
krim dan skim santan dengan menggunakn selang.
c.
Krim
santan difermentasi dengan menambah mikroba starter. Fermentasi selesai
ditandai dengan terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas,
lapisan tengah berupa koagulan protein dan lapisan paling bawah berupa air.
3. Pemisahan
Pemisahan dilakukan untuk memisahkan
minyak dari koagulan protein dan air. pemisahan dilakukan dengan menggunakan
alat centrifuge dengan kecepatan putaran 5000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya
dilakukan penyaringan dengan kertas saring, tujuannya untuk
memisahkan partikel terikut sehingga minyak VCO yang dihasilkan jernih.
C. Metode Enzimatis
Pembuatan
VCO dengan cara enzimatis merupakan pemisahan minyak dalam santan tanpa
pemanasan. Enzim yang digunakan dapat berupa enzim bromelin (pada nanas) atau
enzim papain (daun pepaya), enzim protease (kepiting sungai) dipilih salah satu
dari ketiga enzim tersebut. Pembuatan VCO dengan enzimatis dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu pembuatan santan, pembuatan VCO, dan penyaringan.
VCO yang dihasilkan
dari proses enzimatis memiliki keunggulan sebagai berikut :
1)
VCO berwarna bening, seperti kristal karena tidak mengalami proses pemanasan;
2)
Kandungan asam lemak dan antioksidan di dalam VCO tidak banyak berubah sehingga
khasiatnya tetap tingg;
3)
Tidak mudah tengik karena komposisi asam lemaknya tidak banyak berubah;
4)
Cukup aplikatif bila diterapkan di tingkat petani karena menggunakan teknologi
dan peralatan yang sederhana;
5)
Tidak membutuhkan biaya tambahan yang terlalu mahal karena umumnya daun pepaya
atau nanas dijual dengan harga murah;
6)
Rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu dari 10 butir kelapa akan
diperoleh sekitar 1.100 ml VCO. Kelemahan dengan cara enzimatis yaitu
membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses denaturasi protein untuk
memisahkan minyak dari ikatan lipoprotein yaitu sekitar 20 jam. Tahapan
Pembuatan VCO Secara Enzimitas
Bahan:
30 bahan kelapa yang sudah tua, 3 buah nanas atau 6 lembar daun pepeya.
Alat: Parut, pisau,
kayu pengaduk, ember, selang, kain saring, batu zeolit, kertas saring, gayung,
dan plastik.
Cara membuat:
Membuat
santan kelapa
*
Cuci daging kelapa lalu haluskan dengan parut.
*
Campurkan air ke dalam hasil parutan dengan perbandingan 10:6 (artinya, dari
hasil parutan 10 butir kelapa ditambahkan 6 liter air, jangan lebih atau
kurang).
*
Remas dan saring santan menggunakan kain saring.
Pembuatan
Virgin Coconut Oil (VCO)
*
Tampung santan kelapa dalam wadah transparan dan diamkan sekitar satu jam
hingga terbentuk kanil (krim) pada bagian atas dan krim yang terlarut dalam air
pada bagian bawah.
*
Buang air pada bagian dasar wadah menggunakan selang air.
*
Kupas nanas dan iris tipis daging buahnya, ikutkan juga bonggolnya.
*
Parut nanas hingga halus, masukkan ke dalam wadah yang telah berisi krim
santan.
*
Jika menggunakan daun pepaya, iris-iris kecil menggunakan pisau agar getahnya
keluar.
*
Campur rata santan dan bahan enzim dengan cara diaduk.
*
Tutup wadah tersebut agar tidak terkena kotoran, diamkan selama 20 jam.
*
Setelah 20 jam akan terbentuk tiga lapisan, yaitu minyak, blondo, dan air.
*
Buang air yang berada di dasar wadah menggunakan selang.
*
Ambil lapisan minyak paling atas dengan sendok besar, usahakan blondo (warna
putih) tidak terikut.
Penyaringan
* Lakukan penyaringan dengan beberapa tahap, yaitu menggunakan kain saring, zeolit, dan kertas saring.
D. Metode Pemancingan
Proses pengolahan VCO dilakukan
dengan memarut kelapa dan memerasnya hingga menjadi santan, kemudian santan
tersebut didiamkan (diendapkan) selama 2 jam. Selama proses pengendapan
akan terjadi pemisahan antara air dan kanil (bagian yang mengandung minyak).
Air akan berada di lapisan bawah dan kanil akan menggumpal di permukaan.
Kanil kemudian dipisahkan dan ditempatkan dalam wadah penampungan.
Kemudian dilakukan proses pemancingan. Proses ini dilakukan dengan
cara mencampurkan 3,5 bagian kanil dengan 1 bagian VCO. Campuran kanil
dan VCO kemudian diaduk sampai homogen. Pengadukan dilakukan sampai kanil
dan VCO tercampur secara keseluruhan. Setelah proses pengadukan, campuran
kemudian didiamkan selama 12 jam sampai terbentuk 3 (tiga) lapisan yaitu
minyak, blondho, dan air. Bagian minyak kemudian diambil dan
disaring dengan menggunakan batu zeolit (Fadillah, 2003).
Teknologi
pemancingan minyak dengan minyak pada dasarnya memanfaatkan reaksi sederhana.
Air dan minyak dapat bersatu karena terdapat protein yang mengelilingi
molekul minyak. Dalam metode konvensional ketika santan dipanaskan
mengakibatkan ikatan protein pelindung molekul minyak menjadi putus, sehingga
molekul minyak, air, dan protein terpisah. Dengan teknik pemancingan,
molekul minyak dalam santan ditarik oleh minyak umpan sampai akhirnya bersatu.
Tarikan itu membuat air dan protein yang sebelumnya terikat dengan
molekul santan menjadi putus. Teknik pemancingan pada dasarnya adalah
mengubah bentuk emulsi air-minyak menjadi minyak-minyak (Alamsyah, 2005).
E. Metode Penggaraman
Metode
penggaraman dilakukan dengan tujuan untuk pemecahan system emulsi santan dengan
pengaturan kelarutan protein di dalam garam. Protein yang terdapat di dalam
santan akan larut dengan adanya penambahan garam (salting in), akan tetapi pada
kondisi tertentu kelarutan garam akan turun seiring dengan peningkatan
konsentrasi garam. Dengan penurunan tingkat kelarutan protein diikuti
dengan pengikatan molekul-molekul air oleh garam tersebut, yang selanjutnya
juga terjadi pemisahan antara cairan minyak dengan air (salting out). Metode
pembuatan minyak kelapa dengan cara penggaraman dilakukan dengan menambahkan
larutan garam bervalensi 2 contohnya adalah garam CaCl2.2H2O pada krim santan
yang telah diperoleh dari tahap awal pembuatan minyak. Garam digunakan
sebagai perusak kestabilan emulsi. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan
minyak kelapa dengan metode penggaraman (garam yang dipakai misalnya
CaCl2.2H2O).
1. Garam
Ca ditambahkan kedalam santan dan diaduk dengan menggunakan pengaduk
magnet agar campuran antara garam dan santan menjadi homogen.
2. Campuran
antara garam dengan santan kemudian didiamkan kurang lebih 12 jam untuk
mendapatkan 3 lapisan yaitu air yang berada paling bawah, blondo yang ada di
tengah dan minyak yang berada pada lapisan paling atas.
3. Minyak
yang dihasilkan dipisahkan, sedangkan blondo disentrifugasi untuk mengeluarkan
minyak yang masih terikat blondo.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah yang dibuat maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Minyak
kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan
merupakan modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk
dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,
berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12
bulan.
2. Minyak
kelapa murni mengandung asam laurat yang sangat tinggi (45-50%), suatu lemak
jenuh berantai sedang (jumlah karbon 12) yang biasa disebut dengan Medium
Chain Fatty Acid (MCFA)
3. Metode yang digunakan dalam mendapatkan minyak kelapa murni
(VCO) adalah: Pemanasan, Fermentasi, Ensimatis, Pemancingan dan Penggaraman.
B.
Saran
1. Perlu dilakukan proses penyaringan yang lebih
baik agar didapat minyak kelapa murni yang lebih bening.
2. Perlunya peralatan yang lebih baik dalam
proses pemisahan sehingga diperoleh rendemen minyak kelapa murni yang lebih
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Alamsyah,N.A. 2005. Pengenalan Virgin Coconut Oil.J akarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Lay, A,dkk.2005. Teknologi Pengolahan Minyak Murni Dengan
Metode Pemanasan Bertahap Dan Pengembangannya. Manado: Bali Penelitian
Tanaman Kelapa Dan Palma Lain.
Rindengan, Barlina dan Novarianto, hengky. 2004. Pembuatan Dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Jakrta : Penebar
Swadaya.
Selamat siang..
BalasHapusPermisi saya mau tanya apa bisa pesan sabun cuci dalam bentuk batangan dari bahas kelapa sawit dalam jumlah banyak/besar seperti 1 kontener..jika bisa saya minta nomer telfonnya supaya tau lebih jelasnya.terima kasih
Mas kenapa bisa santan di diamkan satu malam menjadi 3 lapisan santan minyak dan air
BalasHapusJOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^